KAMPUNG REMPONG, KOMEDI SEGAR (DAN CERDAS) DI RADIO

Secangkir Teh Mas Prie:

KAMPUNG REMPONG, KOMEDI SEGAR (DAN CERDAS) DI RADIO

Beberapa bulan silam, dalam salah satu tulisan di ‘Secangkir Teh' – menyoal lirik lagu dangdut yang pasaran – agar akurat, saya harus observasi mendengarkan radio dangdut beberapa minggu, rutin tiap hari. Ya, kalau tidak salah ingat, saya menyebut secara eksplisit Radio RDI Jakarta, yang saya ‘pantengin' satu jam sebelum dan sesudah sholat Subuh. Kebetulan memang jam-jam tersebut, diputar full lagu dangdut, tanpa ada penyiar sebagai pengantar dari lagu ke lagu.

Nyatanya, setelah tulisan tersaji di rubrik ini – yang mendapat respon cukup ‘meriah' – saya jadi keterusan, menjadi pendengar setia radio yang punya tagline ‘Radio Musik Indonesia Paling Eksiezz', di frekuensi 97.10 FM. Entah mengapa, radio yang dulunya bernama Radio Dangdut TPI (?) dan bisa didengar melalui siaran teresterial di 11 kota di Indonesia, seperti magnet yang sulit untuk dilepaskan. Jangan-jangan memang saya penggemar fanatik dangdut?

Tidak juga. Justru saya merubah (atau menambah?) jam dengar radio ini, yang bisa juga didengar melalui satelit, yaitu channel 501 Indovision atau channel 2 MNC TV, atau juga streaming di android dengan aplikasi RDI. Jujur, saya kesengsem dengan program acara DBD Show – kependekan dari Didin Bagito dan Dai Show – yang mengambil jam siar 06.00 – 09.00 Wib, yang dipandu Didin Bagito dan Dai Lopez.

Tentu tidak sepanjang acara itu saya ‘nempelin' telinga ke radio. Tapi hanya segmen drama radio komedi situasi “Kampung Rempong” dari jam 6 sampai 7 pagi. Sejak dimunculkan awal Agustus 2015, saya serasa menemukan kembali tayangan sitkom ‘termahal' pada jamannya, Bagito Show, yang ditayangkan RCTI beberapa tahun silam. Cuma, Kampung Rempong dikemas dalam versi radio, yang tentu lebih imajinatif di benak pendengarnya.

Bisa jadi kesan ‘duplikat' Bagito Show – dibintangi tiga sekawan Mi'ing, Didin dan Unang – begitu terasa, karena Kampung Rempong (masih) digawangi oleh Didin Bagito, yang menjadi sentral cerita. Dalam Kampung Rempong yang bersetting lingkungan padat penduduk di sebuah kampung di Jakarta, Didin (berperan sebagai Kang Asep) mempunyai istri yang ‘agak oneng' Dedeh (Dai Lopez), dan anak lelaki semata wayangnya, Utun.

Layaknya sebuah kampung di pinggiran ibukota, kehidupan Kampung Rempong juga penuh dengan masalah sosial yang ribet, ngeselin, tapi juga jenaka. Itu karena penduduknya yang beragam etnis, seperti Kang Asep & Dedeh yang etnis Sunda, Merry (karyawati jomblo dari Manado), Pak RT (bujang tua asli Betawi), Rojak (tukang warung), Hindun (penjual nasi uduk), Tumini (tukang jamu dengan Jawa medoknya), Uni (penjual pakaian keliling dari Padang), juga Hansip dan Midah (tukang cuci yang genit). Jangan lupa, dua sahabat kecil yang bikin geregetan, Utun dan Icih.

Dengan latar suasana kampung kelas bawah, dan tokoh yang berpotensi punya karakter kuat jika pemerannya menjiwai, saya merasa Kampung Rempong bisa menjadi penyegar rohani di pagi hari – bagi siapapun yang mendengarkannya – sebelum menjalankan aktivitas pekerjaan rutin. Apalagi kalau lagi di perjalanan (baca: mobil) ke tempat kerja, disela-sela kemacetan rutin, rasanya Kampung Rempong bisa menjadi hiburan tersendiri, dibanding mendengarkan dialog atau berita politik yang (kadang) malah bikin pusing.

Kalau toh ada kritik, kadang eksploitasi tokoh terlalu berlebih – entah itu Utun, Icih atau Dedeh – yang membuat pendengar jadi eneg, seperti makanan yang kebanyakan penyedap. Juga, hilangnya tokoh antagonis, seperti Hindun yang selalu menggoda Kang Asep, membuat Kampung Rempong kehilangan gereget. Didin Bagito, kalau memang dia konseptor acara ini, harus memikirkan tokoh pengganti yang sama kuatnya, dari segi karakter dan penjiwaan peran. Meski ini hanya komedi ringan di pagi hari.

Satu poin penting yang ingin saya sampaikan, bahwa disaat radio – yang dianggap kuno dan mulai dijauhi pendengarnya – ternyata Kampung Rempong bisa memberikan hiburan segar, yang dikemas dalam drama komedi situasi, berisi kritik sosial yang tidak fulgar. Sebuah hiburan alternatif yang cerdas di pagi hari, seperti halnya ‘Secangkir Teh Mas Prie' ini. Diakui, atau tidak.