Banjir Bandang di Sentani: Curah Hujan Masih Tinggi, Waspadai Banjir Susulan

Senin, 18 Mar 2019 - 11:04 WIB

BANJIR bandang yang terjadi di Sentani, Papua, pada hari Sabtu (16/3) sudah menewaskan sedikitnya 64 orang (Berdasarkan data Pukul 19.00 Wit, Minggu 17 Maret 2019). Bencana banjir susulan berpotensi terjadi dikarenakan intensitas hujan tinggi di puncak gunung Cyclop.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan kemungkinan banjir bandang susulan karena hujan lebat masih berpotensi terjadi di Papua dalam dua hingga tingga hari ke depan.

 

"Dari sisi hujan lebatnya kami sudah memberikan kewaspadaan terutama bagi daerah-daerah yang dataran tinggi, terkait dengan longsoran dan banjir bagi daerah-daerah yang menjadi langganan," ujar Kepala Bagian Hubungan Masyarakat BMKG Hary Tirto Djatmiko kepada BBC News Indonesia, Minggu (17/3).

Seperti diberitakan, hujan lebat yang terjadi di wilayah Papua menyebabkan banjir bandang yang menerjang sembilan kelurahan di Sentani, Kabupaten Jayapura dan menewaskan sedikitnya 64 orang. Puluhan warga lain luka-luka, sementara ribuan warga yang selamat kini berada di pengungsian.

Korban Banjir Bandang Sentani Bertambah, 42 Orang Meninggal

Kepala Humas Polda Papua Ahmad Musthofa Kamal mengatakan tiga lokasi yang terdampak parah akibat terjangan banjir bandang ini adalah di sekitar bandara, perumahan Bintang Timur dan sekitar lapangan udara.

 

Sebagian besar wilayah yang terdampak hingga kini masih tertutup lumpur material banjir. Diperkirakan masih banyak korban yang terperangkap materi lumpur.

"Air masih mengalir cukup deras tapi perlu diwaspadai. Kita masih melakukan pencarian," kata dia.

Bupati Jayapura Mathius Awoitauw mengungkapkan alat berat sudah dikerahkan untuk membuka akses jalan yang tertutup material lumpur dan kayu banjir bandang.

"Akses dalam kota sudah dibuka, tapi kita belum tahu akses di luar kota karena ada sejumlah jembatan putus," cetusnya.

Adapun kerusakan meliputi 9 rumah rusak terdampak banjir di BTN Doyo Baru, 1 mobil rusak atau hanyut, jembatan Doyo dan Kali Ular mengalami kerusakan.

Sementara itu, sekitar 150 rumah terendam di BTN Bintang Timur Sentani, kerusakan 1 pesawat jenis Twin Otter di Lapangan Terbang Adventis Doyo Sentani.

Seperti diberitakan, akibat dari intensitas hujan yang menguyur Kabupaten Jayapura dan sekitarnya mulai dari sore hari, Sabtu (16/03) hingga pukul 23:30 Wit mengakibatkan Banjir merendam perumahan warga di Kelurahan Hinekombe, Dobonsolo dan Sentani Kota, Kampung Yahim dan Kehiran.

Kerusakan lingkungan jadi penyebab?

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat BMKG Hary Tirto Djatmiko menuturkan hujan lebat yang terjadi di Papua karena pertemuan massa udara yang menimbulkan pembentukan awan-awan hujan yang cukup signifikan.

"Dari sisi itu, kalau dilihat secara utuh di perairan sekitar Papua suhu muka lautnya juga lebih hangat. Kalau suhu muka lautnya lebih hangat, penguapan cukup tinggi, ditambah lagi kelembaban udara. Juga pertemuan massa udara tadi. Sehingga potensi hujannya cukup signifikan," kata dia.

Kendati begitu, Hary menegaskan banjir bandang tidak hanya karena faktor cuaca, namun ada faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya bencana ini, salah satunya alih fungsi lahan.

 3 Orang Meninggal Akibat Banjir Bandang di Sentani Jayapura

Hal itu diamini oleh Kepala Humas Polda Papua Ahmad Musthofa Kamal yang mengatakan beberapa tahun lalu di Gunung Cyclop ada beberapa warga yang "menduduki kawasan dan memanfaatkan lahan tersebut sehingga serapannya mulai berkurang."

Alih fungsi lahan ini yang kemudian menyebabkan kerusakan lingkungan.

Hal ini dibuktikan dengan hanyutnya kayu-kayu balok besar yang memungkinkan ditebang tapi tidak dimanfaatkan atau dibiarkan sehingga balok-balok itu melintang di berbagai titik.

Untuk itu, Polda Papua akan menindak lanjuti persoalan ini.

"Diduga karena itu (kerusakan lingkungan), karena ada beberapa material pepohonan yang hanyut di jalan-jalan yang ada di sekitar kota Sentani," ujar Ahmad.

"Kapolda sudah perintahkan Diskrimsus untuk melakukan penyidikan terhadap latar belakang peristiwa terjadinya banjir, baik kejadian pembangungan rumah dan proses perizinannya di bantaran sungai, kemudian kerusakan lingkungan di gunung Cyclop ini," imbuhnya.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan sejak september 2018, Dewan Ketahanan Nasional (Wantanas) bersama BNPB telah memperingatkan tentang adanya banjir bandang.

Wilayah Sentani itu rawan banjir akibat kerusakan lingkungan dan pertambangan liar di lokasi situ.

Apalagi pada tahun 2007 lalu, di Sentani juga pernah diterjang banjir bandang.

Kepala BPBD Kabupaten Jayapura, Sumartono menjelaskan banjir bandang 12 tahun silam juga disebabkan oleh faktor yang sama, yaitu curah hujan dan kerusakan alam.

"Kejadian pada 2007 secara fisik memang lebih besar dibanding tahun sekarang. Tapi, secara korban lebih banyak tahun ini," kata dia.

Kejadian banjir bandang yang menerjang pada Sabtu silam, menurut Sutopo, menunjukkan hujan deras yang terjadi pada sore hari membendung air di sungai ada. Namun air kemudian meluap dan menerjang wilayah di sekitarnya.

"Ini karakter banjir besar yang terjadi di Indonesia kita bisa melihat bagaimana kayu gelondongan yang begitu besar dan batu besar menerjang desa-desa,"

Untuk mengantisipasi banjir bandang, Wantanas dan BNPB sudah melakukan penanaman 20.000 bibit pohon untuk memperbaiki lingkungan, terutama hutan yang ada.

(okezone/qlh)