Kisah Gresya, Putri Indonesia Yang Dibuang & Diremehkan Ortu

Selasa, 16 Agu 2016 - 00:00 WIB

Nama Gresya Amanda Maaliwuga mungkin masih belum begitu banyak dikenal oleh publik. Pasalnya, dara kelahiran Ternate ini 'cuma' berhasil menjadi runner up 2 atau juara ke-3 di ajang kontes Puteri Indonesia 2015 silam. Meskipun begitu, Gresya sukses mendapatkan gelar Puteri Pariwisata dan mewakili Indonesia pada Miss Supranational 2015. Ia lalu meraih posisi ke-24 serta menyabet penghargaan khusus Best National Costume dan 10 Besar Best Evening Gown.

Di balik prestasinya tersebut, Gresya memendam kesedihan yang mendalam. Ya, sejak kecil, mahasiswi Manajemen di STIE Eben Haezer Manado ini kehilangan kasih sayang dari orangtua kandungnya. Ayah dan ibunya memutuskan untuk pisah saat Gresya masih kecil. Kedua orangtuanya 'kompak' untuk tak mengurus dan membesarkan Gresya.

 

"Ayah dan ibu kandung saya sejak saya kecil mereka pisah dan ibu saya memilih untuk tidak mau merawat dan membesarkan saya sehingga saya harus punya second mother and father. Terima kasih karena sudah menganggap saya sebagai anak yang tak diharapkan, terima kasih telah meremehkan saya," ujar Gresya kepada KapanLagi.com® di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (13/8).

 

Gresya sempat putus asa dengan perjuangannya untuk membuktikan kepada keluarga kalau dia bisa jadi orang yang sukses. Alasannya, pada satu kesempatan, Gresya sempat divonis mengidap penyakit paru-paru kotor. Gara-gara itu, Ia harus berobat selama enam bulan penuh.

 

"Mungkin penyakit itu akibat beban berat yang saya pikul atas masalah keluarga saya. Tapi saya selalu percaya Tuhan. Saya selalu tanamkan ke pikiran saya, 'You can do that grace!'" sambungnya.

Gresya ingin keberhasilannya membuat kedua orangtua kandungnya sadar dan lebih menghargai orang lain, termasuk anak sendiri. Sebab, tak ada satupun keluarga yang mendukung Gresya saat akan mengikuti ajang kecantikan di Sulawesi Utara.

 

"Keluarga aku menganggap remeh kalau aku nggak akan bisa jadi orang berhasil. Tapi Tuhan berkata lain, saya berhasil menyisihkan sekitar 300 wanita cantik di kawasan Sulawesi Utara, kemudian maju ke skala nasional, puji Tuhan saya berhasil jadi juara 3 Puteri Indonesia 2015," kenang Gresya.

 

"Atas keberhasilan saya itu, saya ingin membuktikan kepada keluarga yang meremehkan kalau saya lahir ke dunia ini punya tujuan lho," tambah Gresya yang baru saja mengeluarkan buku berjudul I Was Born To Winitu.

 

Sementara itu, Timoteus Talip, penulis buku tersebut berharap kisah perjuangan 38 finalis Puteri Indonesia itu bisa menjadi motivator para generasi muda. "Anak muda lebih baik lakukan hal yang baik, yang patut dicontoh. Mereka (Puteri Indonesia) ini kan ada yang juara olahraga, juara sekolah, juara kompetisi. Kalau anak sekarang coba lihat, kebanyakan main pokemon lah, kan enggak penting itu," kata Talip.

 

 

(kpl/ded/gtr)