'Chapters': Yuna yang Semakin Mendunia

Rabu, 29 Jun 2016 - 00:00 WIB

 

Jakarta - Yuna adalah satu dua dari penyanyi asal Malaysia yang saya tahu hingga saat ini. Satu lagi (tentu saja) Siti Nurhaliza. Kedua penyanyi tersebut sama-sama menggunakan hijab dan memiliki talenta kelas dunia. Namun pandangan Yuna untuk melebarkan sayap ke industri musik Amerika (atau “Go Internasional”, begitulah istilah media dan Agnes Mo), telah dipersiapkan dengan matang sejak awal. Hal itu semakin meyakinkan saat ia merilis “Chapters”. 

Penyanyi berumur 29 tahun ini pertama kali dikenal lewat pop acoustic danfolk dalam debut “Yuna” pada 2012. Tahun setelahnya, ia menghadirkan album pop lembut dan menyejukkan berjudul “Nocturnal” yang semakin menancapkan kariernya. NY Times meresensi musiknya, bermain di Lollapalooza hingga tampil di Jimmy Kimmel Live! Singkat cerita kini Yuna tidak hanya membanggakan negaranya namun menjelma menjadi simbol untuk para wanita berhijab di seluruh dunia, berbicara untuk mereka. 

“Chapters” adalah lembaran baru bagi kariernya, mungkin itu sebab Yuna membuatnya agak berbeda dengan album sebelumnya. Sebuah abum pop kontemporer yang dikonstruksi dari musik R&B. Ia berhasil meleburkan unsur ketimuran khas Asia lewat image, fashion dan karakter, dengan musik Amerika. 

Perbedaan lain dengan “Nocturnal”, Yuna tidak lagi sendiri, ia mendapatkan bantuan dari DJ Premium dalam menghasilkan ‘Places to Go’, sebuah trackedgy dengan lirik yang mengisahkan pencarian diri dan tempat dalam menemukan kedamaian (“and what is life when you are not even living?”). Kemudian mengajak mentor sekaligus penggombal sejati, Usher dalam ‘Crush’. Dukungan juga didapatkan dari Jhene Aiko yang menyumbangkan suaranya dalam track berjudul ‘Used to Love You’. 

Jangan mengharapkan folk akustik atau balada pop; sebagian besar lagu di album ini seakan mengajak bergoyang lambat seperti ‘Mannequin’ yang terdengar renyah sambil menjentikkan jari. Diselingi oleh banyaknya soundartifisial seperti dalam ‘Lanes’ atau ‘Unrequited Love’. Hanya ‘All I Do’ yang masih menggunakan piano standard dan sedikit string (ditulisnya bersama David Foster, tidak heran). Namun, Yuna tetap mengusungnya dengan sesederhana mungkin, seperti yang sudah menjadi karakternya sejak awal. 

Rendy Tsu (@rendytsu) saat ini bekerja sebagai Social Media & Content Strategist. Selain aktif sebagai penulis lepas, ia juga pernah menjadi Music Publicist di salah satu perusahaan rekaman terbesar di Indonesia.


(dtk/mmu/mmu)